Sabtu, 20 Oktober 2012

Secangkir Kopi untuk Kehidupan

Secangkir kopi di pagi hari memang menyegarkan. Begitu juga secangkir kopi dimalam hari, pasti menyenangkan. Apalagi di suguhkan dengan pertandingan antara Tottham VS Chelsea dan berakhir dengan kemenangan Chelsea, 4-2 atas Tottham. Memang pertandingan yang sangat dan bisa memuaskan para pecinta bola. Gemuruh hujan pun yang sempat meriuhkan malam, tertutupi dengan sorakan mereka. Ketika beberapa peluang yang berhasil di ciptakan, namun dipatahkan oleh pertahanan masing-masing Klub.

Namun pada kesempatan ini kita tak mencoba beribicara tentang bola, melainkan Secangkir Kopi. Lebih tepatnya, kita akan mencoba melihat Kehidupan dalam secangkir kopi.

Ide ini sebenarnya ada, ketika saya mencoba menikmati secangkir kopi bersama rekan sepenyiaranku di salah satu warung kopi (warkop), diseputaran Beurawee. Mengingat, pada saat itu saya dan rekan saya baru saja menyelesaikan tugas/tanggungjawab sebagai seorang Boardcast di salah satu radio Swasta, di Banda Aceh.

Entah kenapa, pagi tadi saya ingin meneguk secangkir Kopi, apa karena ngantuk atau apa.Yang jelas, secangkir kopi pun terhidang tepat di hadapan. Tanpa menunggu, ku teguk dan... ah.... pahiiitt... Tambahan gula terhadap minuman hitam pun terjadi. 3 – 4 sendok teh. Lalu, ku teguk kembali dan... ah... kemanisan... Rasa khas kopi pun hilang. Namun, terpaksa, saya habiskan, karena mengingat, “sudah di pesan, rugi klw gak diminum...”

Dari sinilah, kita dapat belajar mengenai kehidupan dari secangkir kopi.

kopi itu PAHIT..?
Tak bisa dipungkiri bisa jadi iya,. Begitu juga kehidupan.
Pahitnya hidup bisa kita gambar kan dengan berbagai cobaan, tantangan, kesedihan, kewas-wasan, kegalauan, musibah dan semacamnya, Hmhm.. bisa dikatakan sesuatu yang menurut nalar manusia itu merupakan hal yang tak diinginkan. Walau sebenarnya, semua itu memiliki maksud dan tujuan yang telah ALLAH SWT siapkan untuk kita.

Misalnya saja, dengan adanya hal-hal demikian, kita bisa menyikapi hidup lebih dewasa, bisa melihat bahwa kehidupan ini memang tak “mulus” dan tak pula “lurus.” Ada saja yang menjadi misteri dalam hidup ini.

Kopi itu MANIS..?
Kadang memang iya, ketika perpaduan kopi dan gula tidak seimbang. Kebanyakan gula, manis.
Manisnya kopi, bisa dipadukan dengan rasa bahagia, suka, canda tawa dan sebagainya. Ini lah yang menjadi impian setiap orang dalam kehidupan. Kita juga tak ingin muna, memang kebahagiaan dan seterusnya menjadi impian, dan itu wajar. Namun, ketika kita coba menyikapinya dengan dewasa, ‘manis’ hidup merupakan ujian, apakah kita terlena dengan kebahagiaan?? Apakah ita melihat kebawah terhadap mereka yang tak bahagia?? Atau, apakah kita akan sombong dengan itu semua?? Hanya kita pribadi yang bisa jawab, karena kita yang menjalani ‘manis’ nya.

Kopi itu tidak PAHIT dan tidak pula MANIS..!!
Inilah sebenarnya rasa khas kopi. Dia tak PAHIT, dan tak pula MANIS. Namun terdapat rasa PAHIT dan rasa MANIS yang menjadi cita rasa khas dari Kopi itu sendiri.

Hidup juga demikian, dalam kehidupan tidak hanya ada kegundahan dan kesedihan dari sebuah masalah, namun ada pula senang, bahagia dan sejenisnya. Mereka saling melengkapi, bak dua sisi mata uang. Tak bisa dilepaskan.

Dan itulah kehidupan sebenarnya, setiap ada ‘pahit’ terdapat ‘manis,’ begitu juga sebaliknya. Hanya saja, bagaimana cara kita sikapi kedua posisi tersebut, sehingga kita bisa menemukan kehidupan yang khas dalam hidup ini. Bisa memadukan, antara ‘pahit’ dan ‘manis.’

Jadi, tak perlu menghujat ‘pahit’ nya hidup, dan tak perlu bangga akan ‘manis’ nya hidup.




KEHIDUPAN Layaknya KOPI..
Ketika Kopi terlalu pahit, itu bukan KOPI
Ketika Kopi terlalu manis, itu bukan KOPI
Ketika Kehidupan terlalu ‘pahit,’ itu bukan KEHIDUPAN
Ketika Kehidupan terlalu ‘manis,’ itu bukan KEHIDUPAN

10 komentar: