Rabu, 24 Oktober 2012

“Iya Pak/Buk, Gak Pa-pa”

Bagi kita yang berada pada semester akhir, kalimat yang menjadi tajuk di atas adalah kata-kata yang sangat sering dikeluarkan. Kadang kita juga merasa kata tersebut merupakan kata yang harus ada pada diri seorang Letu (Leting Tua) atau pada MA (Mahasiswa/i Akhir). Lebih tepatnya, bagi kita yang sedang nyusun karya terakhir di jenjang Perguruan Tinggi (PT) tempat kita studi. SKRIPSI..!! Sebuah kata yang bisa membuat GALAU..!!!

Banyak sebab, dan bisa jadi ketika :
1.       Dosen Pembimbing kita mengcancel jadwal bimbing yang sebenarnya telah di tentukan jauh-jauh hari.
Saya minta maaf nie, ternyata saya ada jadwal ngajar/rapat/janji, jadi nggak bisa bimbing kamu hari ini..” Lalu,.. “Iya Pak/Buk, gak pa-pa..” dengan polosnya kita menjawab.

2.       Atau, bisa juga karena karya kita belum di periksa oleh Pembimbing.
Saya minta maaf nie, punya kamu belum saya periksa,..” Lalu,.. “Iya Pak/Buk, gak pa-pa..” Weleh..weleh.weleh... Sebuah Fenomena yang tak bisa dipungkiri lagi memang benar adanya.

3.       Juga, ketika kita telah sekian lama menunggu Pembimbing tapi beliau tak kunjung jua. Karena telah sekian lama menunggu, kita pun mencoba menelepon beliau, “Bapak/ibu dimana?? Saya si Fulan/si Fulawati yang mau bimbing dengan bapak/ibu hari ini..” Lantas, “Saya minta maaf nie, ternyata saya tak ada jadwal ngampus....” atau “saya lagi diluar ada urusan dikit...”  Lalu, “Iya Pak/Buk, gak pa-pa..”
Dan ada juga setelah di sms atau ditelp., namun pihak Pembimbing merespon pun tidak.

4.       Tentunya masih banyak faktor yang menyebabkan kita mengeluarkan kata-kata demikian.

Kalau aku pribadi, terkadang kesel juga. Karena waktu yang telah di luangkan terbuang sia-sia. Bukan. semenit dua menit, namun hingga berjam-jam. Aku tak tau, apakah kalian juga merasakan hal yang sama atau tidak.

Namun, ketika kita telah berada pada posisi ini, kita sering kali menyalahkan sang Pembimbing. Walau kita selalu membantahnya, “Pembimbing aku memang gitu lah, mempersulit mahasiswa.” Cup..cup..cup... Padahal pernyataan ini hanya kita keluarkan sepihak. Dalam artian, hanya dalam paradigma terhadap pembimbing kita.

Pernah nggak, kita berfikir apa yang melatar belakangi pembimbing kita demikian?? Bisa jadi karena kelelahan, atau memang benar-benar sibuk dengan kesibukan yang prioritas,..?? Bisa jadi, beliau juga menginginkan skripsi kita lebih berbobot. Pernah nggak berfikir demikian??

Apa kita hanya berfikir negatif?? Pernah nggak berfikir positif walau dalam keadaan demikian?? Ada, mungkin jarang ya... :D

Karena apa, kita hanya ingin segera selesai studi di PT. Sehingga menyalahkan Pembimbing merupakan pelampiasan.

Ada satu pernyataan dari salah satu Ustd. (Aku juga kurang tau siapa, namun, suaranya mirip suara Ustd. Yusuf Mansur), ia mengatakan, Ketika kita menyalahkan seseorang tanpa alasan, dan cuma melihat melalui sudut pandang kita, maka jangan salah kan, ketika apa yang kita lakukan terhadap suatu pekerjaan akan terasa berat, lama hingga rasa putus asa terkadang datang. Karna itu efek dari apa yang kita anggap tadi.."

Nah kawan...
Hmhm... bisa saja ketika kita mengerjakan sebuah skripsi, kita berperasangka negatif terhadap pembimbing, padahal kita tidak tahu apa benar yang kita pikirkan atau tidak. Kita juga tak tau apa yang sebanarnya yang dipikirkan oleh Pembimbing kita. Lalu, rasa berat hingga buat kita malas juga menghampiri.

Walau aku akui, ada juga Pembimbing yang demikian. Namun itu Minoritas,.




Yang jelas, berfikir positif lebih baik dari pada negatif. Karena berfikir negatif belum tentu benar, walau benar, belum tentu 100% benar.

Wallahu’alam,..

2 komentar:

  1. haha.
    pembimbing skripsi juga manusia.
    iya, memang lebih baiknya kita terus berusaha dan berpikir positif :)
    nice post, M!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Walau terkadang menyakitkan, tp berfikir positif memang lebih baik ya,..ckck

      Thanx bro..

      Hapus