Kita berada
dalam kehidupan yang memang telah digariskan akan sosial, tentu tak bisa di
pungkiri bisa terjadi sebuah perpecahan, pertikaian dan juga permusuhan. Apakah
itu berasal dari api kecil atau besar, di lingkungan aman tentram juga bisa
terjadi demikian. Entah, dalam sebuah persahabatan, percintaan, bahkan dalam
lingkungan keluarga.
Sehingga, Ketika melihat wajahnya,..
Mendengar suaranya,..
Tersebut
namanya,..
Satu
kata yang dibesit, Benci ! Atau..
Semacam
kata lain, namun semakna,..
Benci
bukan lah cara mengelola Amarah yang baik. Lalu anggapan "Sabar itu ada
batasnya" merupakan alibi yang handal. Padahal, al-Qur'an dan Hadits
sahaja tak pernah menyebutkan bahwa batas itu ada sabarnya.
Oleh
karenanya,..
Bukalah
mata hati, tutup mata benci,..
Kita
bukanlah Sang Hakim,..
Yang
layak untuk menghukum,..
Kita
juga pernah tersalah, dan bersalah,..
Kita
semua akui, bahwa setiap orang mempunyai rasa benci dengan kadar-kadar yang
berbeda. Hanya saja, apakah kita bisa mengontrol emosi atau tidak.
Kawan,..
Bencilah
sekedarnya,..
Maafkanlah
kekhilafannya,..
Walau,..
Kita
bukanlah manusia yang sempurna,..
Janganlah
merasa seolah tanpa noda,..
Kita
hanya manusia yang penuh khilaf salah,..
Maafkanlah
ia bila hatimu terluka,..
Karena
kita bukan sang hakim,..
Allah
SWT berfirman, "Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah
terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat." (QS. Hujuraat [49]
ayat 10)
-
Maydani Feat TM. Syahrizal, C.SH.i -

Tidak ada komentar:
Posting Komentar